Sabtu, 11 Februari 2017

Heboh..!!! "Ternyata Segini Mahar Pernikahan Pasangan Ini"... Jomblo Jangan Baca.. Nanti Tambah Baper...!!!

Heboh..!!! "Ternyata Segini Mahar Pernikahan Pasangan Ini"... Jomblo Jangan Baca.. Nanti Tambah Baper...!!!
Heboh..!!! "Ternyata Segini Mahar Pernikahan Pasangan Ini"... Jomblo Jangan Baca.. Nanti Tambah Baper...!!!


JENEPONTO, TRIBUN-TIMUR.COM -- Kabar 'pernikahan dini' di Dusun Bonto Birangeng, Desa Gantarang, Kecamatan Kelara, pedalaman Jeneponto, dibantah otoritas desa setempat.
Kepada Tribun, Kamis (9/6) pagi, ibu Kepala Desa Hajjah Muliati dan Imam Desa Haji Saharuddin, menjelaskan parawakan warga desanya memang mungil, awet muda, dan gesit, laiknya jarang (kuda) Jeneponto.
"Kita merekomendasikan dan memberi izin kawin berdasarkan KTP dan KK. Memang itu anak (Rudi) seperti anak-anak tappissa (ABG) diliat seperti ada satu tetangga dulu begitu juga," katanya kepada Tribun.
Netizen di Sulsel dihebohkan dengan foto postingan netizen Iwank Saputra, yang juga fotografer perkawinan di Facebook.
Foto pasangan mempelai yang menikah Minggu (29/5/2016) itu, terlihat masih culun.
Imam Desa menceritakan, di hari pernihakan ala kampung, mahar pernikahan (uang panaik) dari Rudi sebesar Rp 65 juta.
"Ada juga sunrang (hibah tanah ke mempelai wanita) kebun seluas 5 Are," katanya.
Si mempelai pria, Rudi, oleh si fotografer dia sebut baru habis sunat (13 tahun), dan wanita Selfiana, lebih setahun.
"Saya marah ini Pak. Mau saya cari itu fotografer pernikahan anak saya yang menyebarkan foto itu, tanpa minta izin," jelas Sudirman.
Sudirman mengatakan dia sudah saya bayar panjar foto, tapi belum menerima album foto dan video pernikahan anaknya.
Sudirman memperlihatkan salinan asli akta kelahiran putranya.

"Ini, buktinya anak saya lahir 16 Mei 1997. Tahun ini 19 tahun, " kata petani jagung kuning itu.
Si istri, Selfiana lahir di Kelara, 2 Juni 1996, atau lima hari lalu berulang tahun ke-20.
Rudi adalah putra pasangan Haji Sudirman dan Hajjah Batih.
"Rudi kita sunnat, waktu kelas I SD,. Bohong itu, kalau anak saya disunat tahun lalu," ujarnya.
Si ayah beralasan, ,menikahkan anaknya dengan Selfiana yang masih kerabat jauh, untuk menghidari efek pergaulan modern.
"Kita lihatmi sekarang itu anak-anak banyak kejadian diberita kawin lari, makanya kita nikahkan karena pacaran ji memang dan suka sama suka, bukan kawin paksa," ujarnya.
Selfiana ikut mendampingi ayah mertuanya saat menemui Tribun.
"Kalau Rudi, sejak subuh sudah ke gunung mi, cari makanan untuk jarang-na (kuda)," kata sang istri.
Hajjah Batih, menyebut karekter nakanya pemalu dan pendiam.
Dia memang kurus, kecil dan terlihat seperti anak-anak, karena sering bekerja keras di kebun dan cari pakan kuda.

"Anakku sempat sekolah di SMP 4 Kelara di Gantarang," katanya.
Usia 50-an, Orangtua Sudah Bercicit
HINGGA awal dekade tahun 2000-an, Gantarang, termasuk daerah terisolir.
Tahun 2014 lalu, oleh Bupati Ichsan Iskadar, merasa bangga karena Desa Gantarang, mewakili Jeneponto untuk Lomba Desa Teladan tingkat Provinsi di Sulsel.
Julukan "Desa Texas", melekat bagi warga Jeneponto di pesisir.
Julukan ini, wajar, sebab sejak dekade 1950-an, kampung ini memang jadi "persembuyian" gerombolan, para kerabat dan ex pejuang DI-TII.
Di awal era 2000-an saat forum massa marak untuk menangkal kriminal di Sulsel, kampung Gantarang, dan Tolo. Selain kampung Tabbae' di Bone.
Kampung Tolo, yang berbatasan dengan Gantarang, di masa pra-kemerdekaan juga, merupakan kerajaan sendiri, yang tak bergabung dan tunduk dengan Kerajaan Binamu, Kerajaan Gowa, atau Arungkeke.
Lokasi kampung ini memang di pedalaman. Jalur ke sana berkelok, berbukit, dan amat licin dan basah. Suhu rata-rata sekitar 20-21 derajat.
Dari ibu kota kabupaten, berjarak sekitar 35 km ke utara.

Sumber : http://makassar.tribunnews.com